Selasa, 26 April 2011

pemangkasan pada cabe

Mengoptimalkan tanaman cabai dg pemangkasan

Mengoptimalkan produksi tanaman cabai banyak cara dan ragamnya diantaranya dg pemupukan,pengolahan lahan dan pemakain varietas unggul.Mengoptimalakn produksi cabai dengan cara pemangkasan/pemotongan tanaman sejak masih bayi/kecil belum banyak petani yg mengetauinya.

TATA CARA PEMANGKASAN / PEMOTONGAN;

1. Pemangkasan di lakukan ketika bibit ...masih dalam polibek.

2. Umur bibit tak lebih dari 8 hari atau ketika sdh berdaun 2+.

3. Batang yan di pangkas jaraknya 4 ml dari daun lembaga/daun awal/kotiledon.

4. Gunakan pemotong kuku yg seteril dan tajam.

5. Sisakan 2daun lembaganya karena pemangkasan diatas daun lembaga.

6. Semprot dg fungisida setelah selesai pemangkasan/pemotongan dg dosis 0.2 ml / lt agar

terhindar serangan cendawan dari bekas luka pemotongan.

7. 3 minggu setelah pemotongan tanam siap di tanam di lahan atau minimal sdh berdaun 5+.

KELEBIHAN DARI PEMANGKASAN/PEMOTONGAN;

1. Produksi tanaman lebih tinggi.

2. Tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk batang bawah dan bercak daun

bakteri.

3. kualitas buah yg di hasilkan lebih baik.

4. tanaman tidak mudah stres dan sakit.

5. Tanaman tidak terlalu tinggi karena pertumbuhan cenderung horisontal.

6. Selamat mencoba bla belum jelas dapat di tanyakan lebih lanjut

Selasa, 19 April 2011

Cara Ternak Cacing Sutra

Cacing sutera (Tubifex), sering juga disebut cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Cacing ini hidup dengan membentuk koloni di perairan jernih yang kaya bahan organik.



Cacing ini hidup berkoloni di perairan yang kaya akan bahan organik. Di dalam tubuh cacing sutera terkandung kira-kira 57% protein dan 13% lemak, yang oleh karena itu merupakan pakan yang baik untuk ikan, tidak terkecuali ikan yang dipelihara manusia seperti lele atau ikan hias.







Habitat

Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm.

Nah seperti hewan air laen maka air memegang peranan penting buat kelangsungan hidup cacing ini. Nah langsung aja parameter optimal cacning sutra :

• pH : 5,5 -8,0

• Suhu : 25 – 28 C

• DO(oksigen terlarut) : 2,5 – 7,0 ppm

• Amoniak : <3,6

Cacing sutra merupakan hewan hermaprodit yang berkembang biak lewat telur secara eksternal. Telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah menjadi dua sebelum menetas.

Bahan organik yang baik untuk digunakan oleh cacing sutra adalah campuran antara kotoran ayam, dedak (bekatul) dan lumpur. Berikut teknik budidaya cacing sutra:



1. Persiapan Bibit

Bibit bisa dibeli dari toko ikan hias atau diambil dari alam

Catatan : Sebaiknya bibit cacing di karantina dahulu karena ditakutkan membawa bakteri patogen.

2. Persiapan Media

Media perkembangan dibuat sebagai kubangan lumpur dengan ukuran 1 x 2 meter yang dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran air. Tiap tiap kubangan dibuat petakan petakan kecil ukuran 20 x 20 cm dengan tinggi bedengan atau tanggul 10 cm, antar bedengan diberi lubang dengan diameter 1 cm.

3. Pemupukan

Lahan di pupuk dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ M2.



Cara bikin pupuknya :

• Siapkan kotoran ayam, jemur 6 jam.

• Siapkan bakteri EM4 untuk fermentasi kotoran ayam tersebut. Cari di toko pertanian atau toko peternakan atau balai peternakan.

• Aktifin dulu bakterinya. caranya ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300ml air trus diemin kurang lebih 2 jam.

• Campur cairan itu ke 10kg tokai yang dah di jemur tadi, aduk hingga rata.

• Trus masukin ke wadah yang ketutup rapet selama 5 hari

Kenapa harus fermentasi? Karena dengan fermetasi maka kandungan N-organik dan C-organik bakal naek sampai 2 kali lipat

4. Fermentasi

Lahan direndam dengan air setinggi 5 cm selama 3-4 hari.

5. Penebaran Bibit

Selama Proses Budidaya lahan dialiri air dengan debit 2-5 Liter / detik

6. Tahapan Kerja Budidaya Cacing Sutra

Cacing sutra atau cacing rambut memang telah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif pakan ikan. Harga jual yang relatif tinggi, membuat bisnis cacing sutra cukup banyak dilirik orang.



Namun sayangnya, tidak banyak orang yang memahami teknis pembudidayaan cacing sutra ini. Berikut tahapan kerja yang harus dilakukan dalam pembudidayaan cacing sutra.

• Lahan uji coba berupa kolam tanah berukuran 8 x 1,5 m dengan kedalaman 30 cm. Dasar kolam uji coba ini hanya diisi dengan sedikit lumpur.

• Apabila matahari cukup terik, jemur kolam minimum sehari. Bersamaan dengan itu, kolam dibersihkan dari rumput atau hewan lain yang berpotensi menjadi hama bagi cacing sutra, seperti keong mas atau kijing.

• Pipa air keluar atau pipa pengeluaran dicek kekuatannya dan pastikan berfungsi dengan baik. Pipa pengeluaran ini sebaiknya terbuat dari bahan paralon berdiameter 2 inci dengan panjang sekitar 15 cm.

• Usai pengeringan dan penjemuran, usahakan kondisi dasar kolam bebas dari bebatuan dan benda-benda keras lainnya.



Hendaknya konstruksi tanah dasar kolam relatif datar atau tidak bergelombang.

• Dasar kolam diisi dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan dasar lumpur mencapai 10 cm.

• Tanah dasar yang sudah ditambahi lumpur diratakan, sehingga benar-benar terlihat rata dan tidak terdapat lumpur yang keras.

• Untuk memastikannya, gunakan aliran air sebagai pengukur kedataran permukaan lumpur tersebut. Jika kondisinya benar-benar rata, berarti kedalaman air akan terlihat sama di semua bagian.

• Masukkan kotoran ayam kering sebanyak tiga karung ukuran kemasan pakan ikan, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya bisa diaduk-aduk dengan kaki.

• Setelah dianggap datar, genangi kolam tersebut hingga kedalaman air maksimum 5 cm, sesuai panjang pipa pembuangan.

• Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di kolam.

• Kolam yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar gas yang dihasilkan dari kotoran ayam hilang. Cirinya, media sudah tidak beraroma busuk lagi.

• Tebarkan 0,5 liter gumpalan cacing sutra dengan cara menyiramnya terlebih dahulu di dalam baskom agar gumpalannya buyar.

• Cacing sutra yang sudah terurai ini kemudian ditebarkan di kolam budi daya ke seluruh permukaan kolam secara merata.

• Seterusnya atur aliran air dengan pipa paralon berukuran 2/3 inci.



7. Panen

Cacing Bisa dipanen setelah 8-10 hari

Senin, 11 April 2011

Murah, Mudah dan Ada Disekitar Kita

Sudah saatnya kita tidak lagi membayar mahal dan susah mencarinya untuk memperoleh se kantong pupuk. Mari kita manpaatkan apa yang ada disekeliling kita.

Wih, si Akang gayana awas pejabat, euy!!! Tapi ngomong “manfaatkan” mah tetep wé manpaatkan.

Tah sok angger-naker mang Komén mah ari geus usil téh. Ari masalah “ep” mah, éta mah bawaan ti lahir atuh, mang!!! Ayeuna mah mendingan regepkeun, ké mun geus bisa béwarakeun ka baraya anu sok ngokolakeun tatanén.

aneka macam mol
Aneka Macam MOL

Yang pertama Akang namakan MOL Komplit. Bahan-bahannya téh air cucian beras (leri) dan air kelapa masing-masing 1½ liter, urine kelinci/sapi/kambing sebanyak 2 liter, EM TANI 100 cc, gula merah diiris tipis sebanyak 2 ons, dan nanas ½ kg diparud/diblender.

Campurkan seluruh bahan, aduk hingga rata dan pastikan gula merahnya sudah hancur. Masukan seluruh campuran tadi kedalam wadah plastik, boleh drum/tong, galon/botol bekas air mineral, toples atau apa saja sesuai polume yang dibikin dan bisa ditutup rapat. Jangan lupa, tutupnya téh dilubangi dan diberi selang biar kelebihan gas yang terbentuk akibat proses permentasi bisa keluar. Ujung selang yang satunya dimasukan kedalam botol yang sudah diisi air. Air ini berpungsi sebagai kelep. Setelah 2 minggu, MOL sudah siap digunakan.

MOL yang kedua ini mah dikutip oleh ibu Lily dari HM Sampurna. Pertama-tama bonggol pisang sebanyak 5 kg diiris lalu ditumbuk sampai halus kemudian dicampurkan dengan 10 liter leri. Masukan ½ kg irisan gula merah kemudian aduk-aduk sampai gulanya hancur. Simpan dalam wadah plastik dan tutup rapat. Langkah selanjutnya sama dengan pembuatan MOL Komplit.

Kalau yang ini Akang dapatkan dari blognya pak Sobirin. Beliau menyebutnya MOL Hijau. Sebelumnya, siapkan tong plastik ukuran sedang, kira-kira polumenya 50 liter. Cuci sampai bersih supaya sisa-sisa zat kimia atau deterjen hilang, lalu tong dijemur sampai kering. Sedangkan bahan-bahannya téh, pucuk daun (apa saja yang penting berwarna hijau) kira-kira 1 kg, kotoran hewan (sapi/kambing/kelinci/ayam) sebanyak 1 kg, gula pasir ½ kg, air kelapa 2 gelas air minum, dan tanah hidup seperti tanah selokan sebanyak ½ kg. Upayakan tanah tidak mengandung deterjen atau air sabun. Diharapkan, dalam tanah selokan ini banyak terdapat mikroorganisme yang hidup.

Setelah daun-daun hijau segar dipotong kecil-kecil, bersama bahan-bahan yang lain, masukkan kedalam tong plastik. Beri air sebanyak 40 liter, aduk hingga rata, kemudian tong ditutup. Tutupnya téh harus diber lubang-lubang supaya ada sirkulasi udara. Aduk-aduk setiap hari, setelah 5 hari MOL siap digunakan.

Bokashi Kohe

Bokashi merupakan suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti bahan organik yang telah difermentasikan. Di Indonesia, bokashi didefinisikan bermacam-macam. Namun demikian maksudnya sama, yaitu sebuah metode pengomposan yang menggunakan bantuan mikroorganisme, baik yang aerobik maupun anaerobik. Dimana mikroorganisme yang digunakan adalah yang bermanfaat untuk meningkatkan keaneka-ragaman mikroba dalam tanah maupun tanaman, serta berfungsi dalam meningkatkan kesehatan tanah, pertumbuhan dan produksi tanaman. Mengapa dinamakan bokashi kohe? Karena bahan dasar organiknya berasal dari kotoran hewan.

Pemikiran tentang penggunaan mikroorganisme dalam pembuatan kompos ini pertama kali dikembangkan oleh Prof. Teruo Higa dari Jepang. Teruo menemukan mikroorganisme yang dapat hidup secara bersama dalam kultur campuran dan secara fisioligis dapat bergabung satu dengan yang lain. Menurutnya, bila kultur ini dimasukan dalam lingkungan alami, maka pengaruh baik masing-masing akan lebih berlipat ganda secara sinergis. Menurutnya juga, akan lebih baik lagi bila menggunakan kultur mikroorganisme lokal (MOL), karena MOL tidak mengandung mikroorganisme yang telah dimodifikasi secara genetik, tetapi kultur ini merupakan campuran berbagai spesies mikroba yang terdapat dalam lingkungan alami di dunia.

Hasil dari pengomposan biasa baru bisa dipergunakan, umumnya, setelah berlangsung selama 1-3 bulan (tergantung bahan yang dipakai). Tetapi dengan melakukan penambahan mikroorganisme pada saat prosesnya, kompos bokhasi dapat digunakan 1-14 hari setelah fermentasi. Secara fisik bokashi terlihat hampir sama dengan bahan aslinya. Namun, meski demikian bokashi tetap dapat digunakan. Pembusukan akan terjadi segera setelah diaplikasikan ke dalam tanah. Pengomposan bokashi hanya berperan sebagai pemercepat proses pembusukan sebelum material organik diberikan ke alam.

bokashi

Manfaat Bokashi
- Memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
- Mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
- Mempercepat penyediaan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga bisa meningkatkan dan menjaga kesetabilan produksi, serta menghasilkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang berwawasan lingkungan.
- Meningkatkan kandungan material organik pada tanah yang keras dan mengurangi kelengketan tanah terhadap alat-alat pertanian.

Pembuatan Bokashi Kohe
Bahan-bahan:
- 16 bagian kohe
- 3 bagian sekam
- 1 bagian dedak/bekatul
- 1 sdm MikroCid
- 1 sdm gula pasir
- 1 liter air

Cara-caranya:
- Larutkan MikroCid dan gula kedalam air.
- Kohe, sekam, dan dedak diaduk sampai tercampur rata.
- Siramkan larutan yang telah dibuat secara perlahan-lahan kedalam bahan secara merata, kemudian bahan diaduk-aduk lagi.
- Jika bahan masih kering, lakukan langkan sebelumnya sampai bahan terlihat basah. Meskipun basah, bila dikepal dengan tangan tidak ada air yang menetes dan bila kepalan dilepas bahan mudah pecah (megar).
- Gundukan bahan diatas ubin atau tanah yang kering dengan ketinggian minimal 20 cm dan maksimal 1 meter, lalu tutup dengan terpal yang tidak tembus cahaya matahari dan air hujan.
- Setiap 5 jam sekali suhu diperiksa. Caranya, masukan tangan atau kaki ke dalam bahan. Apabila sebelum 5 detik terasa panas, suhu harus diturunkan dengan menipiskan gundukan sambil diaduk-ngaduk dan diangin-anginkan. Setelah suhu dingin bahan digundukan dan ditutup kembali.
- Setelah 4-7 hari difermentasi, bokashi siap digunakan sebagai pupuk organik.

Photo ilustrasi pembuatan bokashi kohe bisa lihat disini.

Penggunaan:
- Untuk tanaman sayur-sayuran, cangkul lahan terlebih dahulu kemudian sebarkan 3-4 gengam bokashi untuk setiap meter persegi (bila lahan kurang subur bisa diberikan lebih banyak). Cangkul kembali lahan supaya bokashi tercampur rata dengan tanah. Setelah dibiarkan selama seminggu, lahan siap ditanami.
- Untuk tanaman padi, pemberian bokashi dilakukan sebelum pembajakan sebanyak 2 ton/ha, setelah tanaman berumur 14 hari dan 1 bulan masing-masing ½ ton/ha.
- Untuk tanaman buah-buahan, bokashi disebar di permukaan tanah/pekarangan di sekitar tanaman kemudian diaduk-aduk supaya tercampur rata dengan tanah atau dibenamkan mengelilingi pohon sejauh tajuk tanaman (daun terluar).

Agar diperoleh hasil yang maksimal, setelah penyebaran bokashi sebaiknya diberikan MikroCid atau Fermak dengan dosis 10 cc/liter air. Untuk lahan sayur-sayuran dan padi disemprotkan sedangkan untuk buah-buahan disiramkan.

Pembuatan Nutrisi Untuk Tanaman

Seperti halnya manusia, tanaman juga memerlukan asupan nutrisi yang cukup dengan kombinasi yang tepat, baik makro maupun mikro, pada setiap fasenya supaya bisa tumbuh, berkembang, dan bereproduksi dengan sempurna. Ketika ia mengalami kekurangan nutrisi, tanaman menunjukkan gejala-gejala yang tidak sehat. Begitu juga sebaliknya, ketika asupan nutrisi berlebihan, menimbulkan efek yang kurang baik bagi tanaman.

Nutrisi untuk Fase Vegetatif
Untuk diaplikasikan saat usia tanaman berada dalam fase vegetatif atau masa pertumbuhan. Komposisi bahan yang digunakan terdiri dari 1 liter B-Dua, 5 buah berenuk, 5 kg daun gamal, ½ kg terasi, 1 kg gula pasir, 30 kg kotoran kambing, dan air secukupnya. Cara pembuatanya adalah:
1. Kotoran kambing, daging buah berenuk, daun gamal yang sudah dihancurkan, gula, terasi dan B-Dua dimasukkan ke dalam drum plastik.
2. Masukan air perlahan-lahan sambil diaduk-aduk. Pemberian air ini kira-kira sampai sejengkal dibawah permukaan drum.
3. Tutup mulut drum agar air hujan dan sinar matahari tidak masuk ke dalamnya, dan simpan drum ditempat yang teduh.
4. Setiap 3 hari sekali tutup dibuka lalu diaduk-aduk selama 15-30 menit. Gunakan pengaduk yang bersih dan terbuat dari bahan kayu/bambu/plastik.
5. Setelah 8-10 hari cairan nutrisi disaring dan siap untuk digunakan.

Nutrisi untuk Fase Generatif
Nutrisi ini terdiri dari dua komposisi yang hasil akhirnya digabungkan. Penggunaannya saat tanaman memasuki fase generatif atau menjelang berbunga.
a) Nutrisi-1
Komposisi bahan terdiri dari batang pisang 50 kg, gula pasir 5 kg, B-Satu 1 liter dan air 50 liter. Cara pembuatanya adalah:
1. Iris-iris batang pisang, sekecil mungkin.
2. Larutkan B-Satu, gula dan air dalam drum plastik. Sambil diaduk-aduk masukan irisan batang pisang sedikit demi sedikit.
3. Tutup drum rapat-rapat. Pastikan sinar matahari dan air hujan tidak masuk, dan simpan drum ditempat yang teduh.
4. Setelah dua minggu irisan batang pisang diangkat dan diremas-remas sampai airnya habis, kemudian cairannya disaring.
b) Nutrisi-2
Komposisi bahan terdiri dari sabut kelapa 5 kg, B-Satu 1 liter dan air 100 liter. Sabut kelapa dan B-Satu dimasukan kedalam drum. Setelah itu, drum diisi air dan ditutup rapat. Supaya hasilnya sempurna, sabut kelapa harus terendam air. Setelah dua minggu air akan berubah warna menjadi coklat kehitaman. Selanjutnya sabut diangkat dan airnya disaring.

Nutrisi untuk fase generatif ini merupakan campuran dari ¼ bagian nutrisi-1 dan ¾ bagian nutrisi-2.

Dalam pengaplikasiannya kedua nutrisi ini, baik yang untuk fase vegetatif maupun generatif, bisa disiramkan atau disemprotkan dengan mengencerkannya (mencampur) dulu dengan air.

Pembesaran Belut Tanpa Lumpur

Secara alamiah tempat hidup belut (Monopterus Albus) adalah lumpur yang berair. Untuk keperluan itu para peternak belut harus menyiapkan media yang dibuat dari berbagai jenis bahan yang nantinya bisa menghasilkan media sesuai atau paling tidak mendekati tempat hidup aslinya. Beberapa pembudidaya diantaranya memang berhasil, tetapi untuk yang lainnya, kebanyakan masih bergelut dengan “teknologi do’a” supaya bisa panen dengan hasil sesuai yang diharapkan.

Karena hidup di dalam lumpur, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk memastikan jumlah serta perkembangan belut selama masa pemeliharaan. Dengan alasan itu maka muncul cara baru dalam usaha ternak belut, yaitu pembesaran belut tanpa media lumpur. Dalam hal ini pembudidaya cukup menggunakan air bersih (bening) sebagai media pembesaran belut.

Keuntungan pembesaran belut dengan metode ini adalah:
1. Lebih mudah dalam mengontrol perkembangan dan pertumbuhan belut karena fisiknya kelihatan.
2. Tidak usah repot lagi mencari gedebong pisang, jerami, lumpur sawah, pupuk kandang dan yang lain-lainnya untuk dijadikan sebagai media.
3. Jumlah bibit yang disebar bisa lebih banyak, yaitu mencapai 30 kg/m3 bahkan bisa sampai 50 kg/m3. Tentunya perbedaan ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan yang menggunakan media lumpur yang hanya bisa menampung bibit sebanyak 1 kg/m3. Ini berarti, tidak diperlukan lagi tempat atau lahan yang luas.
4. Lebih efektif dan efisien dari segi waktu, tata laksana pekerjaan dan tempat.

Ada empat faktor penting yang sangat menentukan berhasil tidaknya membesarkan belut dengan media air. Yang pertama adalah air. Dalam pembesaran belut tanpa lumpur, air merupakan faktor utama yang sangat fital. Kondisi air harus selalu dikontrol secara rutin, karena akan berpengaruh terhadap perkembangan belut. Air harus selalu jernih, memiliki suhu antara 25-28 derajat celcius, pH antara 5-7, tidak mengandung zat kimia berbahaya dan selalu menggunakan air yang telah diendapkan, minimal selama 24 jam. Jangan menggunakan air PAM karena mengandung kaporit, air yang langsung diambil dari sumur bor (pantek) karena sangat minim kandungan oksigennya dan air limbah.

Pada setiap kolam pemeliharaan wajib memiliki sirkulasi meskipun debitnya sangat kecil. Sirkulasi tersebut berfungsi untuk menambah kandungan oksigen dalam air dan menjaga kebersihan air. Kolam akan keruh kalau tidak ada sirkulasinya, dengan demikian harus sering diganti, paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali. Tentunya ini akan sangat merepotkan sekali, bukan?

Air harus diganti apabila memenuhi salah satu ketentuan berikut:
1. Terlihat kotor/keruh atau warnanya sudah kuning kecoklatan.
2. Di dasar kolam sudah terdapat endapan kotoran yang tebal.
3. pH air melebihi ambang batas akibat lendir yang dihasilkan dari tubuh belut.

Untuk lebih pastinya, masalah pH air ini harus selalu diukur secara berkala jangan sampai pH air kurang atau melebihi dari ketentuan. Jika tidak memiliki alat untuk mengukur pH bisa dengan dikira-kira, biasanya air sedikit mengental karena kebanyakan lendir belut.

Faktor penting yang kedua adalah pakan. Pakan juga termasuk salah satu faktor yang sangat menentukan bagi perkembangan serta pertumbuhan belut. Berilah pakan secukupnya, jangan sampai kekurangan atau berlebihan dan berilah pakan yang paling disukai belut. Jika dalam pemberian pakan terlalu banyak akan menyebabkan air cepat kotor dan dapat berakibat buruk pada belut sehingga belut mudah sakit dan lama-kelamaan bisa mengalami kematian. Begitu juga bila pemberian pakan kurang, maka bisa menimbulkan sifat kanibalisme dan pertumbuhannya lambat.

Selama belut masih mau makan dengan pakan yang biasa diberikan jangan beralih ke pakan lain. Apabila makanannya akan diganti, jangan sekaligus (total) tetapi perlu waktu dan harus disubtitusi terlebih dahulu. Jika setelah diberi pakan baru belut tidak mau makan, kembalilah ke pakan yang sebelumnya (lama).

Pakan yang paling baik adalah pakan alami bukan buatan seperti pelet. Jenis-jenis pakan yang disukai belut diantaranya cacing sawah (root/lor), cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, anakan ikan lele, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, dan ulat hongkong.

Berikutnya adalah faktor bibit. Untuk keberhasilan pembesaran, pilihlah bibit yang berkualitas baik. Umumnya bibit belut yang ada saat ini, sebagian besar, masih merupakan hasil tangkapan dari alam. Sedangkan cara yang dipake berbeda-beda dan pastinya akan berpengaruh terhadap kualitas bibit.

Bibit yang ditangkap dengan cara alami menggunakan perangkap, seperti bubu atau posong, merupakan bibit yang cukup baik karena tidak mengalami perlakuan yang dapat menurunkan kualitasnya. Sebaliknya, bibit yang diperoleh dengan cara tidak baik, seperti disetrum, bukan termasuk bibit berkualitas. Bibit yang diperoleh dengan cara disetrum pertumbuhannya tidak akan maksimal (kuntet).

bibit belut

Memang yang paling baik adalah yang berasal dari hasil budidaya. Selain ukurannya seragam bibit ini jarang terserang penyakit. Sayangnya, bibit belut hasil budidaya untuk saat ini masih sangat sedikit. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan terkait bibit belut yang berkualitas:
1. Tidak ada bekas luka
2. Lincah dan agresif
3. Tidak lemas
4. Ukuran seragam

Faktor penentu keberhasilan yang terakhir adalah kepadatan. Kepadatan penebaran bibit dalam kolam pembesaran untuk tiap-tiap jenis ikan berbeda-beda dan akan sangat mempengaruhi pada perkembangan, pertumbuhan dan tingkat kematiannya. Misalnya dalam pembesaran seperti ikan mas, gurame dan nila. Kalau penebarannya terlalu padat, waktu pembesaran bisa terhambat walau pemberian pakan sudah sesuai dengan aturan yang seharusnya, juga bisa mengakibatkan tingkat kematian yang cukup tinggi.

Namun metode pembesaran belut tanpa lumpur ini sangatlah berbeda dengan penebaran bibit jenis-jenis ikan yang lainnya. Penebaran bibit yang padat, justru sangat baik untuk perkembangan belut itu sendiri dan juga dapat menekan tingkat kematian, karena belut akan menggunakan tubuh belut yang lainnya sebagai pengganti lumpur untuk tempat bersembunyi sehingga sesama belut akan saling melindungi. Dalam hal ini, yang penting suplai makan mencukupi.

Menanam Cabe Dalam Pot

Menanam Cabe Dalam Pot

Lahan yang sempit membuat kegiatan berkebun terkadang jadi sedikit terhambat. Tetapi, itu bukan berarti kita tidak bisa menanam apa-apa. Dengan memanfaatkan area seadanya, kegiatan berkebun justru bisa menjadi lebih berkualitas dan menyenangkan. Menanam cabe dalam pot misalanya, selain kondisinya lebih mudah dikontrol juga dapat difungsikan sebagai tanaman hias. Apalagi jika menggunakan pola bercocok tanam dengan sistem vertikultur (ditanam bertingkat), pasti terlihat lebih artistik dan hasilnya pun akan berlipat bila dibandingkan dengan sistem konvensional yang ditanam di lahan secara langsung dalam luas areal yang sama.

Menyiapkan Bibit
Bibit merupakan faktor yang paling menentukan dalam budidaya suatu tanaman. Meskipun pemeliharaan telah dilakukan secara maksimal, tetapi tidak akan memperoleh hasil yang optimal kalau bibit yang ditanam dari benih yang kurang baik. Untuk memperoleh benih yang baik adalah:
1. Pilih buah cabe yang sehat, lebih besar dari yang lainnya dan matang sempurna.
2. Buang bagian pangkal dan ujungnya.
3. Sayat bagian buah yang tersisa, kemudian ambil bijinya.
4. Jemur ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung selama tiga hari.

Langkah berikutnya adalah menyemai benih yang sudah kering untuk dijadikan bibit. Kegiatan menyemai ini diawali dengan merendam benih dengan air hangat selama kurang lebih 30 menit. Selanjutnya benih direndam sehari semalam dalam larutan perangsang akar. Cara membuat larutan perangsang akar dibahas pada topik Meningkatkan Produksi Padi (2).

Benih yang masih mengapung setelah sehari semalam direndam harus dibuang, karena benih tersebut pertumbuhannya tidak akan maksimal. Untuk benih yang tenggelam bungkus dengan kain basah dan biarkan sehari semalam lagi. Keesokan harinya benih baru disemaikain.

Persemaian harus disiapkan bersamaan dengan kegiatan merendam benih. Media yang digunakan berupa tanah gembur yang dicampur pupuk kandang yang sudah matang dengan perbandingan sama banyak. Masukan media persemaian ke dalam plastik es yang diameternya 3-5 cm dan untuk tingginya cukup 6 cm saja. Basahi media dengan larutan perangsang akar hingga lembab. Selanjutnya, semaikan benih satu per satu. Atasnya tutup dengan media, tipis saja, supaya benih tidak terlihat. Selama benih belum tumbuh kondisi media harus selalu lembab dan waspada terhadap pencurian benih yang dilakukan semut. Benih siap untuk dijadikan bibit dan dipindah tanamkan apabila sudah memiliki empat helai daun sempurna.

persemaian cabe
Persemaian Cabe

Media Tanam
Media tanam merupakan tempat berkembangnya akar dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Dari media tanam ini tanaman menyerap makanan yang berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam harus sudah siap paling lambat dua minggu sebelum tanam supaya terjadi pemadatan media yang sempurna. Media yang baik untuk digunakan terdiri dari tanah gembur atau top soil, kompos, dan sekam padi dengan perbandingan volume sama banyak. Aduk ketiga bahan tadi sampai tercampur rata, kemudian masukan ke pot atau polybag yang memiliki diameter minimal 30 cm.

Bahan-bahan di atas memiliki fungsi yang berbeda, namun satu sama lain saling mendukung. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar dengan prinsip pertukaran kation. Sekam gunanya untuk menampung/mengikat air dalam tanah, sedangkan kompos untuk menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi hara yang diperlukan oleh tanaman.

Sebaiknya kompos yang digunakan adalah kompos yang terbuat dari sampah dapur dan sampah rumah tangga. Tujuannya adalah untuk ikut serta dalam menjaga lingkungan, minimalnya yang ada di sekitar kita, dari permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan oleh sampah. Disamping itu, untuk menghemat biaya dalam pengadaan kompos. Cara pembuatan kompos berbahan baku sampah ini bisa dilihat pada topik Mengubah Sampah Jadi Berguna atau Manfaat Sampah Rumah Tangga.

Penanaman
Seminggu sebelum tanam, media disiram dengan dua gelas MOL Keong Mas secara merata. Sebelum disiramkan, MOL harus dicampur air terlebih dahulu dengan dosis dua gelas MOL ditambah seember air (kira-kira 10 liter). Begitu juga sehari sebelum tanam, media harus disiram lagi menggunakan MOL dengan dosis yang sama, tetapi dalam penyiraman cukup segelas saja.

Bibit yang ditanam hanya bibit yang sudah memiliki minimal empat daun sempurna, sehat dan pertumbuhannya bagus. Proses penanamannya adalah:
1. Buat lubang persis di tengah-tengah media, kira-kira lebih besar sedikit dari ukuran media bibit.
2. Buka plastik bibit dengan cara merobeknya. Saat merobek plastik harus berhati-hati jangan sampai merusak media dan mengakibatkan banyak akar yang terputus.
3. Masukan bibit ke lubang yang telah dibuat.
4. Tutup media bibit dengan media bekas pembuatan lubang, lalu ratakan.
5. Siram media tanam dengan air biasa sampai kebas.

Apabila cuaca panas, sebaiknya tanaman diberi pelindung dari pelepah pisang yang ditekuk menjadi dua bagian kemudian disungkupkan menutupi bibit menyerupai bentuk segitiga sama kaki. Pemberian pelindung ini dimaksudkan supaya bibit yang baru ditanam tetap segar dan tidak mengalami kelayuan.

Perawatan Tanaman
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tanaman adalah:
1. Penyiraman dilakukan secara rutin, setiap pagi dan sore hari. Kegiatan ini tidak perlu dilakukan apabila cuaca hujan atau tanaman dikocor dengan MOL.
2. Mulai umur 7 hari sampai keluar bunga tanaman dikocor menggunakan MOL Keong Mas dengan dosis dua gelas/ember air. Setiap tanaman cukup diberi satu gelas dan diulang seminggu sekali.
3. Sejak tanaman berbunga sampai habis masa panen pengocoran tanaman menggunakan MOL Rebung Bambu dengan dosis dan cara pengaplikasian sama seperti di atas. Mengenai pembuatan MOL diuraikan di bawah.
4. Penyemprotan menggunakan EM TANI 3 setiap lima hari sekali dengan dosis dua sdm/liter air.
5. Perempelan daun-daun tua, bunga pertama dan seluruh tunas yang keluar dari ketiak daun di bawah percabangan pertama.
6. Pencabutan tanaman liar atau rumput yang tumbuh di media tanam sekaligus dengan mengemburkan medianya.
7. Jika terjadi tanda-tanda serangan hama atau penyakit, untuk menanggulanginya, lakukan dengan menyemprotkan pestisida organik.

cabe dalam pot
Tanaman tumbuh normal

MOL Rebung Bambu
Terdiri dari Rebung Bambu ½ kg, Air Cucian Beras 8 liter, Air Kelapa 2 liter, Buah-buahan Apkir 2 kg, Gula Merah ½ kg dan EM TANI 1 ½ liter. Cara pembuatanya adalah:
1. Rebung dan buah-buahan diparud/diblender/ditumbuk sampai halus.
2. Masukan kedalam ember atau drum plastik.
3. Tambahkan gula yang sudah diiris-iris, air cucian beras, air kelapa dan EM TANI 1, lalu aduk sampai merata.
4. Selanjutnya drum ditutup rapat.
5. Setiap tiga hari sekali tutup dibuka dan cairan bahan diaduk-aduk selama kurang lebih 15 menit. Gunakan pengaduk yang bersih dan terbuat dari kayu/bambu/plastik.
6. Setelah dua minggu cairan disaring dan larutan siap untuk digunakan.

Menanggulangi Penyakit Patek
patek (antraknosa)
Penyakit patek (antraknosa) disebabkan oleh serangan cendawan atau jamur Colletotrichum Capsici atau Gloesporium Piperatum. Di pertanaman, serangan pada buah ditandai dengan munculnya bercak kuning yang berubah menjadi cokelat kehitaman. Selanjutnya, buah menjadi lunak dan membusuk, mengering dan saking beratnya serangan menyebabkan buah keriput seperti mummi. Penyakit ini juga menyebabkan buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung. Keadaan cuaca panas dan lembab mempercepat perkembangan penyakit. Pada kondisi lembab, cendawan membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran berwarna merah jambu, apabila dilihat dibawah mikroskop akan nampak badan buah yang disebut aservulus, adalah struktur yang terdiri dari kumpulan konidia pada masing-masing konidiosfor.

Cara‐cara pengendaliannya adalah, selain dengan cara budidaya yang baik dan sanitasi lahan yang baik, dapat pula dilakukan pengendalian secara kimiawi. Namun demikian, apabila pestisida kimia banyak digunakan, maka akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan kesehatan, termasuk paparan residu pestisida. Oleh karena itu, cara pengendalian yang bijaksana perlu dilakukan antara lain dengan:
- Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit.
- Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman, tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat.
- Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae (terong dan tomat) atau tanaman inang lainnya misal pepaya.
- Penggunaan mulsa plastik hitam perak (MPHP), karena dengan menggunakan mulsa plastik hitam perak sinar matahari dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi.
- Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar.
- Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
- Penyiangan/sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat.
- Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknosa/patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.
- Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.

Yang lebih baik adalah melakukan pencegahan dengan cara menyemprotkan pestisida nabati yang terbuat dari Kunyit, Laos, Kencur dan Jahe masing-masing 1 kg. Ditambah 1 butir gambir, 1 ons gula pasir, 1 liter EM TANI dan 3 liter air. Cara pembuatanya, tumbuk Kunyit, Laos, Kencur, Jahe dan Gambir kemudian masukan air, gula dan EM TANI. Campuran tersebut diamkan selama 7 hari. Pengaplikasian disemprotkan dengan dosis 2 cc larutan pestisida per 1 liter air.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com